Monday, August 16, 2021

Heraclius Pun Bingung Kenapa Romawi Bisa Kalah

Saat itu tahun 636 Masehi, Heraclius - Kaisar Romawi - merasa terheran-heran setelah mendapat kabar 250 ribu pasukannya dikalahkan 36 ribu tentara muslimin di Pertempuran Yarmuk. Ketika panglima-panglimanya sampai, Heraclius bertanya...


Heraclius: Celaka Kalian! Katakan padaku, bukankah mereka manusia seperti kalian?

Panglima Perang: Betul wahai Kaisar.

Heraclius: Siapa yang lebih banyak jumlahnya, kalian atau mereka?

Panglima Perang: Kami, wahai Kaisar.

Heraclius: Kalau begitu, kenapa bisa-bisanya kalian kalah?

Panglima Perang: "mereka bisa menang karena menyembang Tuhan dimalam hari, berpuasa di siangnya, menepati janjinya, mengerjakan yang ma'ruf dan meninggalkan yang mungkar"


sumber: ditulis ulang dari Instagram gen.saladin 15-08-21 

Thursday, April 16, 2020

Virus corona

Wabah ini tiap hari semakin mendekat dan belum bisa untuk dihentikan. Korban berjatuhan. Ritual beribadah pun berubah oleh Majelis Ulama Indonesia demi kemaslahatan orang banyak. Salah satunya: jumatan ditiadakan, durasi ceramah dan sholat diperpendek, jarak antar jama'ah dibuat jarang kurang lebih 1 m.
Dibilang takut dan yaaa...takut, ya bagaimana lagi. Waktu dan kejadian ini mesti dilewati. Ada Allah. Tp ada anjuran dari agama dan pemerintah yang sama, yaitu bertahan didalam rumah.

semoga kita semua dapat melewati peristiwa ini dengan baik dan semoga kita semua dalam keadaan sehat wal afiat

Monday, January 6, 2020

Allah Sangat Sayang kepada Hamba-Nya Melebihi Kasih Sayang Ibu

Seorang hamba harus mengenal Rabb-nya, harus mengenal Allah, agar ia cinta kepada Allah dan Allah cinta kepadanya. Perlu diketahui dari salah satu sifat Allah bahwa Allah sangat sayang kepada hamba-Nya melebihi kasih sayang ibu kepada anaknya. Kita sangat tahu bagaimana kasih sayang seorang ibu kepada anaknya yang mungkin tidak ada tandingannya di dunia ini, akan tetapi kita sangat perlu tahu bahwa kasih sayang Allah melebihi itu semua.

Perhatikan hadits berikut, Dari Umar bin Al Khattab radhiallahu ‘anhu , beliau menuturkan:

ﻗﺪﻡ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺳﺒﻲ، ﻓﺈﺫﺍ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﺒﻲ ﻗﺪ ﺗﺤﻠﺐ ﺛﺪﻳﻬﺎ ﺗﺴﻘﻲ، ﺇﺫﺍ ﻭﺟﺪﺕ ﺻﺒﻴﺎً ﻓﻲ
ﺍﻟﺴﺒﻲ ﺃﺧﺬﺗﻪ، ﻓﺄﻟﺼﻘﺘﻪ ﺑﺒﻄﻨﻬﺎ ﻭﺃﺭﺿﻌﺘﻪ، ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻨﺎ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : (ﺃﺗﺮﻭﻥ ﻫﺬﻩ ﻃﺎﺭﺣﺔ ﻭﻟﺪﻫﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺭ ). ﻗﻠﻨﺎ: ﻻ، ﻭﻫﻲ ﺗﻘﺪﺭ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﻻ ﺗﻄﺮﺣﻪ، ﻓﻘﺎﻝ: (ﻟﻠﻪ ﺃﺭﺣﻢ ﺑﻌﺒﺎﺩﻩ ﻣﻦ ﻫﺬﻩ ﺑﻮﻟﺪﻫﺎ


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kedatangan rombongan tawanan perang. Di tengah-tengah rombongan itu ada seorang ibu yang sedang mencari-cari bayinya.

Tatkala dia berhasil menemukan bayinya di antara tawanan itu, maka dia pun memeluknya erat-erat ke tubuhnya dan menyusuinya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada kami,
“Apakah menurut kalian ibu ini akan tega melemparkan anaknya ke dalam kobaran api?”

Kami menjawab, “Tidak mungkin, demi Allah. Sementara dia sanggup untuk mencegah bayinya terlempar ke dalamnya.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sungguh Allah lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada ibu ini kepada anaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/41309-allah-sangat-sayang-kepada-hamba-nya-melebihi-kasih-sayang-ibu.html

Tuesday, July 30, 2019

Tafsir QS At Takatsur

Manusia banyak yang lalai karena kesibukannya saling berlomba meraih dunia. Ada yang rakus akan kedudukan atau kekuasaan. Ada juga yang saling menyombongkan diri dengan harta dan anaknya. Mereka barulah berhenti ketika sampai di liang lahat. Padahal semua nikmat kelak akan ditanya.
Allah Ta’ala berfirman,
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ (1) حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ (2) كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (3) ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (4) كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ (5) لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ (6) ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ (7) ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ (8)
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS. At Takatsur: 1-8).
Surat ini menjelaskan tentang orang-orang yang lalai dari beribadah kepada Allah. Padahal ibadah itulah tujuan diciptakannya manusia. Yang dimaksud di sini adalah beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selain Allah, mengenal-Nya dan mendahulukan cinta Allah dari lainnya.
Manusia Menjadi Lalai
Manusia menjadi lalai karena waktunya hanya dihabiskan untuk membanggakan diri dengan harta. Berbangga di sini bisa jadi pada anak, harta, dan kedudukan. Sedangkan berlomba-lomba atau saling mengejar untuk meraih ridho Allah tidak termasuk di sini.
Terus Berbangga Hingga Ke Liang Lahat
Manusia akan terus berbangga satu dan lainnya hingga mereka masuk ke dalam kubur. Artinya, ketika mereka merasakan kematian, barulah mereka berhenti dari berbangga-bangga dengan harta.
Namun perlu diketahui bahwa alam kubur hanyalah tempat mampir sebelum sampai ke alam berikutnya. Alam kubur bukanlah tempat mukim selamanya. Dalam ayat ini pun dikatakan demikian, yaitu disebut alam kubur sebagai tempat ziarah, artinya berkunjung dan itu sifatnya sementara. Negeri yang kekal abadi adalah di akhirat kelak.
Ayat ini sekaligus menunjukkan bahwa amalan itu akan dibalas di negeri yang kekal abadi (bukan negeri yang akan fana).
Jika Mereka Tahu …
Seandainya mereka tahu apa yang terjadi di depan mereka yaitu mengetahui dengan ilmu yang sampai ke hati, tentu mereka tidak lalai sehingga terus-terusan berbangga-bangga dengan harta. Jika mereka tahu, tentu mereka akan segera beramal sholeh.
Namun sayangnya, mereka benar-benar tidak tahu sehingga mereka pun akan melihat neraka Jahim yang dijanjikan pada orang-orang kafir.
Mereka akan Melihat dengan ‘Ainul Yakin
Yang dimaksud dengan ayat,
كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ
dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin”. Maksudnya mereka benar-benar akan melihat dengan penglihatan mereka. Sebagaimana Allah menyebutkan dalam ayat yang lain,
وَرَأَى الْمُجْرِمُونَ النَّارَ فَظَنُّوا أَنَّهُمْ مُوَاقِعُوهَا وَلَمْ يَجِدُوا عَنْهَا مَصْرِفًا
Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini, bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan tempat berpaling dari padanya. ” (QS. Al Kahfi: 53).
‘Ilmu Yakin, ‘Ainul Yakin dan Haqqul Yakin
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah ditanya mengenai ‘ainul yakin dan ilmu yakin. ‘Ilmu yakin adalah sesuatu yang diketahui dengan mendengar, kabar berita, pengqiyasan (permisalan) dan berpikir tanpa melihat secara langsung. Sedangkan ‘ainul yakin adalah menyaksikan langsung dengan penglihatan. Ada juga haqqul yakin, yaitu dengan merasakan secara langsung.
Ibnu Taimiyah mencontohkan ketiga hal di atas dengan memberi permisalan madu. Jika madu tersebut hanya diketahui lewat berita, maka disebut ‘ilmu yakin. Jika diketahui lewat melihat langsung, maka disebut ‘ainul yakin. Jika dirasakan manisnya madu tersebut, maka disebut dengan haqqul yakin.
Akan Ditanya Berbagai Macam Nikmat
Setiap orang akan ditanya berbagai macam nikmat yang mereka rasakan di dunia. Apakah mereka benar-benar telah bersyukur atas nikmat tersebut? Apakah benar mereka telah menunaikan hak Allah? Apakah mereka benar tidak menggunakan nikmat tersebut untuk maksiat? Jika benar, maka mereka akan diberi nikmat yang lebih lagi dari yang sebelumnya.
Ataukah mereka jadi orang yang terperdaya dengan nikmat? Atau mungkin mereka gunakan dalam maksiat? Jika demikian, tentu kelak mereka akan dibalas dengan siksa yang pedih. Allah Ta’ala berfirman,
وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَفْسُقُونَ
Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): “Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri d muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik.” (QS. Al Ahqaf: 20).
Banyak Ziarah Kubur
Tentang ayat,
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ (1) حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ (2)
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.” Yang dimaksud ayat ini, kata Ibnu Taimiyah adalah ‘yatakatsaruna biquburil mawtaa‘, yaitu mereka memperbanyak ziarah kubur pada orang yang mati. Hal ini disebutkan oleh Ibnu ‘Athiyyah dalam tafsirnya. Beliau berkata bahwa ayat ini dimaksudkan untuk orang-orang yang banyak ziarah kubur sehingga mereka lalai dari ibadah dan belajar agama. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih membolehkan ziarah kubur setelah itu, namun dengan maksud mengingat mati. Bukan untuk maksud untuk berbangga diri dan membangun kubur. Demikian perkataan Ibnu ‘Athiyyah secara ringkas yang dinukil dari perkataan Ibnu Taimiyyah dalam Majmu’ Al Fatawa, 2: 375-376.
Hanya Allah yang memberi hidayah.

Referensi:
Taisir Al Karimir Rahman fii Tafsir Kalamil Mannan, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1423 H, hal. 933-934.
Tafsir Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Iyad bin ‘Abdul Lathif bin Ibrahim Al Qomisi, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan pertama, tahun 1432 H, 7: 174-176.
Diselesaikan sebelum shalat ‘Isya’ @ Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 5 Ramadhan 1434 H
Artikel Rumaysho.Com


Sumber https://rumaysho.com/3484-tafsir-surat-at-takatsur-berbangga-dengan-harta-sampai-ke-kuburan.html

Merencanakan Suatu Rumah Huni


source image: cermati dot com

Kebutuhan akan papan tidak bisa dihindari akan kebutuhannya. Apalagi seseorang dalam posisi sudah berkeluarga. Semua kebutuhan dan penyimpanan barang terus bertambah. Memerlukan tempat dan dan tempat huni yang nyaman

Ada banyak pilihan dalam menentukan tempat tinggal idaman tergantung kondisi dialami oleh seseorang.

Jika anda dalam suatu kondisi bingung akan memilih membeli rumah atau mengembangkan lahan kosong. Mari simak kupasan dibawah ini.

Dalam suatu membangun rumah huni sederhana dibutuhkan 4 (empat) faktor. Namun faktor dibawah dapat menjadi prioritas acak. Bisa jadi no urut 2 menjadi prioritas dalam membangun, atau bisa jadi poin nomor urut yang lain yang menjadi prioritas awal. 

Berikut faktor-faktor yang menjadi faktor dalam menentukan pembangunan rumah hunian, diantaranya:
1. Jenis tipe bangunan

source image: sumbercenel dot com

Jenis tipe bangunan berkaitan dengan selera masing-masing calon pemilik rumah. Tipe bangunan klasik/lama atau tipe bangunan milineal/baru.

2.  Volume (M', M2, M3) bangunan

source image: kita sipil dot com

Setelah jenis tipe bangunan ditentukan, secara otomatis jenis dan kebutuhan/volume bahan/material dapat diketahui dari gambar kerja.

3. Metode pengerjaan

source image: perusahaan arsitektur dot com

Metode pengerjaan disepakati diawal karena berhubungan dengan peralatan, bahan dan material serta jumlah personil yang dipakai dan terlibat.

4.  Modal yang dimiliki
source image: biur bor dot blogspot dot com

dalam membangun apapun, faktor dominan sebagai penentu adalah modal yang dimiliki setiap perencana

sekian artikel dari saya. semoga bermanfaat.

Friday, July 19, 2019

"Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi, aku kahwatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana.."

Dari Amr Bin ‘Auf al-Anshari radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Abu Ubaidah Bin Jarrah radhiyallahu ‘anhu ke Bahrain untuk mengambil jizyah* dari penduduknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerima permintaan damai dari penduduk Bahrain dan beliau mengangkat al-Ala’ Bin al-Hadhrami untuk menjadi ‘amir (pemimpin) di sana.

Ketika Abu Ubaidah datang dari Bahrain dengan membawa harta jizyah itu, para sahabat kaum Anshar mendengar kedatangan Abu Ubaidah ini. Maka merekapun berkumpul untuk menghadiri shalat shubuh bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika telah selesai shalat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam langsung keluar. Namun mereka berusaha merintangi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika melihat mereka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersenyum kemudian berkata, “Saya mengira kalian telah mendengar kedatangan Abu Ubaidah membawa sesuatu dari Bahrain?”

Mereka berkata, “Benar wahai Rasulullah.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kalau begitu, bergembiralah dan berharaplah memperoleh sesuatu yang melapangkan diri kalian. Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi, aku kahwatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur.” (Hadits riwayat Muslim (2961) dan al-Bukhari (6425), dan Ibnu Abi ad-Dunya dalam kitab tentang Zuhud hal. 73)

*) Jizyah: Pembayaran yang harus diserahkan kaum kafir yang berada di bawah kekuasaan dan jaminan keamanan oleh kaum muslimin.

***

Dikutip dari buku Bercanda Bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (edisi terjemahan Dhahikun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wa Tabassumuhu wa Muzahuhu oleh Ridhwanullah ar-Riyadhi) 1426/2005, Penerbit Darul Haq, Jakarta. Dengan perubahan seperlunya oleh www.muslimah.or.id

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/205-demi-allah-bukan-kemiskinan-yang-aku-khawatirkan-menimpa-kalian.html

Saturday, June 29, 2019

Nasehat Urwah bin Zubair kepada keluarga nya

Sumber: Ceramah YouTube ustadz Khalid Basalamah "sahabat nabi Urwah bin Zubair"

"Wahai anak-anakku
Belajarlah ilmu agama yang benar dan lowongankanlah waktu untuk itu (kasih haknya). Kalau seandainya hari ini kalian menjadi orang yang kecil, maka suatu waktu Allah pasti akan menjadikan kalian orang yang besar karena ilmu itu. Dan sungguh buruk sekali dan tidak ada yang lebih buruk dari orang tua yang bodoh tidak mengerti agamanya. Hati-hati jangan kalian liat amal yang kalian kerjakan atau sodaqoh yang kalian keluarkan adalah sodaqoh yang kalian anggap remeh, tapi jadikanlah sodaqoh itu hadiah untuk Allah subhanallahuwataala. Dan jangan lah kalian berikan hadiah sesuatu untuk Allah yang dia malu untuk memberikan kepada terhormat nya kepada suatu kaum, karena Allah itu dzat yang pantas untuk dimuliakan dan Dia adalah dzat yang lebih pantas untuk memberikan balasan yang lebih mulia dan yang hadiah yang paling pantas yang kalian berikan.

Wahai anak-anakku
Kalau kalian melihat sesuatu perbuatan yang baik dari seseorang maka pastikan orang itu baik, berprasangka baiklah kepada orang tersebut walaupun dimata orang kelihatan buruk karena perbuatan baiknya itu dia memiliki saudara yang memiliki kebaikan lain yang ikut dengannya.
Dan kalau kalian melihat sesuatu perbuatan buruk dari seseorang, hati-hatilah dari seseorang tersebut walaupun dimata manusia adalah orang yang baik, karena perbuatan buruk nya itu memiliki saudara yang memiliki keburukan  lain yang ikut dengannya.

Ketahuilah, bahwasanya semua kebaikan akan mendatangkan saudara-saudaranya dan segala dosa-dosa akan memiliki saudara-saudaranya juga"

Link sumber: https://youtu.be/1j6fBdfzXCw